Thursday, August 14, 2014

That Piece I Wish I Didn't Needed

Hold still right before we crash 'cause we both know how this ends
A clock ticks till it breaks your glass and I drown in you again
'Cause you are the piece of me I wish I didn't need
Chasing relentlessly, still fight and I don't know why
If our love is tragedy, why are you my remedy?
If our love is sanity, why are you my clarity?




Satu paragraf yang mungkin 80% orang-orang di dunia hapal. Lirik lagunya Clarity by Zedd ft. Foxes. Tapi mungkin kebanyakan orang cuma menikmati "ajep-ajep"nya sambil goyang-goyang kepala daripada menikmati liriknya. Meski begitu gue akuin, lagunya enak buat didengerin apalagi kalo lagi kejebak macet.

But I don't want to write about the music. The music indeed awesome (and hey, I love Zedd too!) but I'm talking about the lyric. Gue termasuk orang-orang yang menikmati musik nggak hanya dari dentuman suaranya atau indahnya melodi lagu tersebut, tapi gue juga seorang pemerhati lirik lagu. Banyak lagu yang sebenernya biasa aja, tapi gue suka liriknya... so it goes to my playlist! :D

Jujur, gue nggak begitu meratiin arti dari lirik Clarity ini sampai suatu saat lagu ini diperuntukkan buat gue... dari seseorang.
Kalo diperhatiin lirik lagu ini tentang dua orang yang saling mencintai tapi karena terhalang sesuatu yang mustahil, tapi tetep dipaksain untuk "yaudah deh, jalanin aja dulu. Gimananya entar ya entar aja". Istilahnya pasrah sama something crazy you called love. Sesuatu yang mustahil yang gue bicarakan disini masih luas artiannya. Dan gue yakin di luar sana banyak yang mengalami hal kayak gini. Kayak lagu ini, pasrah sama kegilaan cinta.

Dua orang temen gue pacaran untuk waktu yang lama (sampe sekarang malah) padahal mereka berbeda keyakinan. And I know it's not easy if they--one day--decide to change their religion to another. "Ya gue sih jalanin aja dulu." Begitu katanya. Satu kalimat langsung ngebuat gue malas nanya lebih lanjut. Beberapa bulan lalu gue juga denger di radio--acara malam by the way, so it's more frontal--ketika gue mau jemput bokap dari bandara. Pas nungguin bokap, gue dengerin ada seorang cowok curhat di section itu. Dia suka sama sahabatnya sendiri, temen baik dari kecil. Semuanya sama; hobi, selera game, makanan kesukaan, kebiasaan, sampe jenis kelamin. Ya, cowok itu suka sama sahabatnya sesama cowok. Dia ngaku itu terjadi begitu aja dan dia tau sahabatnya ini normal. "Gue cuma pengen bareng dia. Let it flow aja meski sakit sih," katanya pas ditanya sama penyiar radio.
Masih inget cerita Twilight? Vampir dan manusia. Akhirnya salah satu harus berkorban.

Kalo lo tau bakal nyakitin hati, kenapa dari awal lo lakuin?

That's a common question for those kind of things. "Udah gatau lagi harus apa", "Udah terlanjur sayang", "Ya mau gimana lagi". Those reasons are stupid for me. But yeah, jangan lupa--kayak yang gue tulis diatas, lirik Clarity itu juga diperuntukkan buat gue. -_- (aww yeah shit like hell.)
Jarak mungkin hal yang paling kita berdua benci. Nomor dua mungkin traditional custom yang kita punya. Time zones are the third. Start yang salah, age, gender, jobs, perspective... yah itu embel-embel ajalah. Mungkin ini giliran gue untuk bilang "Ya mau gimana lagi."


If our love is sanity, why are you my clarity?

No comments:

Post a Comment