Thursday, October 2, 2014

Deep Condolences

Deep condolences for my dear friend, who just lost his mother.
Gue bener-bener ikut sedih karena dia kehilangan mama-nya, gue ikut sedih karena gue pun pasti shock kalau nyokap gue tiba-tiba pergi begitu aja. Dan gue juga ikut sedih karena dia sedih...

Gue menghargai sekali temen gue yang satu ini, karena apa yang gue omongin sama dia bener-bener tanpa filter, tanpa jaim, tanpa beban. Gue bisa merasa nyaman karena dia pun mau menjaga gue. Gue menghargai dia walau gue belum pernah ketemu sama sekali sampai detik ini.

Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya gue nggak tahu gimana pandangan dia ke gue. Apakah gue ini teman chatting pas bosen aja? Atau sahabat? Atau malah jadi pengganggu dia?

Tadi sore gue berharap dia bisa cerita langsung sama gue, tapi ternyata gue malah disuruh ngecek post Path dia. Tapi gue pikir.... mungkin dia lagi semaput, lagi blank nggak bisa mikir apa-apa.

Gue cuma berharap yang terbaik buat dia, tulus dari hati gue. Jangan sampai dia pendem kesedihan dia. Nggak apa-apa dia nggak cerita ke gue, cerita ke orang lain pun nggak apa-apa. Asal jangan terlarut-larut sama kesedihannya karena gue tahu banyak hal yang besar yang di depan dia saat ini.

Happy Birthday Jo!


Happy birthday Jo!
Today's her 22nd birthday and she better celebrate with joy. I really hope for the best for her; all the best and best in her ways. 

Pertemanan gue dan Jo nggak mulus dari awal. Gue malah memulai dengan musuhan, karena gue dan dia sama-sama keras. Dia illustrator, gue pun begitu. Gue merasa selalu saingan sama dia dalam hal apapun. Sampai satu titik gue ada di kelompok yang sama dengan dia di satu mata kuliah yang diajarin sama dosen iblis. Gue bener-bener mengakui gue nggak suka sama dia saat itu. Gue pun sadar dia nggak suka sama gue dan kenyataan kalau gue sekelompok sama dia.

Kita ada di satu titik ketika kita berdua sadar jalan kita berbeda. Kita nggak bisa terus-terusan saingan dalam semua hal khususnya illustrasi. Mungkin gue yang saat itu bener-bener sadar, ini bukan jalan gue.

Kita akhirnya baru bener-bener mulai ngobrol saat tahun ke dua. Walau cuma basa-basi, gue baru tahu dia suka hal yang sama dengan gue. Makin mendekati tingkat akhir, gue mulai percaya sama dia sebagai teman. Gue rasa dia pun begitu. Mungkin karena gebetan dia (yang sekarang jadi pacarnya) sering curhat ke gue tentang gimana caranya mendekati Jo.

Gue bikin short movie untuk tugas motion graphic di tahun terakhir. Konsep udah ada, cerita udah ada, peralatan dan susunan crew udah ada. Akhirnya setelah beberapa kali diskusi, kita pun memutuskan Jo dan gebetannya aja yang mainin film kita. Awalnya mereka ogah-ogahan, karena saat itu mereka lagi diem-dieman karena salah paham. Gue pikir yaudahlah, sekalian aja kalian main film gue sekalian juga rujuk. Setelah berbagai drama dan omong-omongan akhirnya mereka setuju main di film gue. Seneng? Ya dong. Apalagi setelah itu mereka baikan dan ngelanjutin pedekate-nya. Terlebih lagi gue dapet A untuk tugas film gue!

Suatu hari gue dan temen-temen seharusnya janjian makan di McDonald's untuk seru-seruan sehabis kuliah, tapi satu per satu mereka membatalkan janjinya. Akhirnya tinggal kita berdua dan itu awkward. -_-
Tapi endingnya, justru gue bisa tahu masa lalu dia dan keluarganya bahkan hal-hal yang menurut gue sangan privasi. Rupanya dia bukan sesosok cewek pintar dan ambisius, dia juga punya hal-hal kelam yang sampai detik ini terjadi di kehidupan dia. Dan itu cuma gue yang tahu.

Sampai sekarang akhirnya justru dia jadi temen deket gue, dimana gue bisa tanya pendapat dia tentang sesuatu dan sebaliknya, dia bisa melarang gue untuk deket sama cowok ini dan itu, dia bisa dukung gue untuk deket sama cowok yang menurut dia terbaik buat gue, dia bisa curhat seenak jidat dia, dan lain-lain...

So my enemy becomes my best friend, and she's lovely.
Happy birthday Johana, be the craziest friend I ever had and be the star :)